jenis org yg muda terjerat narkoba
1. Kurangnya pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Agama.
Agama mengajarkan pola hidup sehat, memberikan solusi untuk seluruh masalah, menganjurkan untuk menjaga diri sendiri dan lingkungan hidup yang jika dipahami, dikhayati, dan diamalkan secara sempurna, akan menuntun seseorang menuju hidup bebas Narkoba11.
2. Memiliki keyakinan Adiktif
Keyakinan adalah hal-hal yang diyakini seseorang dan dianggap benar, mengenai diri sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya, yang mempengaruhi perasaan dan perilakunya sehari-hari. Keyakinan Adiktif adalah keyakinan yang menjadikan orang itu rentan terhadap kecanduan Narkoba. Misalnya :
*
Saya harus sempurna dan tampil sempurna
*
Saya harus menguasai dan mengendalikan orang lain
*
Saya harus memperoleh apa yang saya inginkan
*
Hidup harus bebas dari rasa sakit atau penderitaan
*
Saya ingin segalanya terjadi sesuai keinginan saya
*
Semua orang harus peduli dan mengerti terhadap saya
*
Saya ingin hidup ini bebas aturan
Dalam kenyataan, hal itu tidak mungkin tercapai. Oleh karena itu orang tersebut lalu mengembangkan keyakinan lain seperti :
*
Saya tidak pernah cukup puas (saya tidak berharga)
*
Saya tidak mampu mempengaruhi lingkungan saya
*
Narkoba atau sesuatu lainnya di luar saya memberi saya kekuatan yang saya inginkan
*
Takut mengakui perasaannya
*
Citra diri dan penampilan adalah segalanya
3. Kepribadian Adiktif
Kepribadian Adiktif adalah jati diri seseorang, yaitu pikiran, perasaan dan kemauan yang ditampilkan dalam perilakunya sehari-hari. Kepribadian yang menunjukkan bahwa orang itu rentan terhadap kecanduan Narkoba.
Ciri kepribadian Adiktif, antara lain :
Pola pikir Adiktif
Perasaan Adiktif
Perilaku Adiktif
*
Selalu mencari persetujuan dan perhatian orang lain
*
Tidak mampu mengambil keputusan sendiri
*
Tidak mampu mengendalikan emosi
*
Kebutuhan akan ketergantungan pada sesuatu
*
Banyak berkhayal
*
Selalu mencari persetujuan dan perhatian orang lain
*
Tidak mampu mengambil keputusan sendiri
*
Tidak mampu mengendalikan emosi
*
Kebutuhan akan ketergantungan pada sesuatu
*
Banyak berkhayal
*
Kurang memiliki jati diri
*
Kesulitan berhubungan dengan figure / orang / tokoh yang berkuasa atau berwenang
*
Cenderung menyalahkan orang lain
*
Kurang mampu mengatasi suatu masalah
*
Kebutuhan akan pemuasan yang bersifat segera
4. Ketidakmampuan menghadapi masalah :
Orang yang tidak berlatih menghadapi masalah dan menyelesaikannya dengan baik dan benar cenderung mudah mengalami kebingungan dan frustasi. Ia lebih suka mencari penyelesaian yang bersifat seketika dan langsung memuaskannya.
5. Tak terpenuhinya kebutuhan Emosional, Sosial, & Spiritual :
Setiap orang membutuhkan perasan diterima oleh lingkungan terdekat terutama keluarga12, di sekolah dan diantara teman-temannya, rasa aman, rasa dihargai, dan dicintai.
6. Kurangnya dukungan Sosial :
Dukungan sosial sangat dibutuhkan seseorang dalam menghadapi masalah, terutama dukungan dari keluarga, teman sebaya dan masyarakat.
7. Tidak dapat menghadapi kenyataan :
Orang harus berlatih untuk dapat menerima kenyataan akan dirinya sendiri, baik kelebihan maupun kekurangannya. Juga harus belajar menerima kenyataan lingkungan sekitarnya dan tidak selalu mencari kambing hitam untuk dipersalahkan sebagai penyebab kegagalannya. Orang harus mengambil tanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
Lebih lanjut, di bawah ini akan ditulis beberapa ciri-ciri kepribadian – terutama pada remaja – yang rentan terhadap penyalahgunaan Narkoba.
1.
Perasaan rendah diri (inferiority complex)
2.
Mudah kecewa.
3.
Cenderung agresif dan destruktif.
4.
Tidak mampu bersabar.
5.
Suka akan sensasi.
6.
Mengidap perasaan tertekan, murung, dan tidak mampu menjalankan fungsi sosial.
7.
Cepat bosan.
8.
Menderita gangguan psikoseksual, gagal mengembangkan identifikasi seksual yang tepat. Pemalu, takut mendekati dan didekati oleh lawan jenis.
9.
Menderita keterbelakangan mental.
10.
Kurang mempunyai motivasi untuk berprestasi.
11.
Prestasi belajar cenderung menurun dan selalu rendah.
12.
Kurang / tidak melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler.
13.
Cenderung mengidap gangguan jiwa : kecemasan, obsesi, apatis, depresi, menarik diri dari pergaulan, tidak mampu mengatasi stres, atau hiperaktif.
14.
Cenderung tidak mematuhi peraturan.
15.
Cenderung berperilaku menyimpang : melakukan hubungan seksual di luar nikah, membolos, agresif, anti sosial, mencuri, berbohong, berbuat kenakalan pada usia sangat dini.
16.
Tidak senang berolahraga.
17.
Cenderung makan berlebihan.
18.
Mempunyai persepsi bahwa keluarganya tidak menyayanginya / tidak harmonis.
19.
Mempunyai kebiasaan merokok sejak usia dini.
20.
Suka bergaul dengan orang-orang yang menjadi pemabuk, penyalahguna Narkoba, atau pengedar Narkoba.13
21.
Suka berkunjung ke tempat hiburan.
22.
Berasal dari dan berada dalam lingkungan keluarga yang kurang religius14.
note
11. Prof. DR. Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul �ilmu jiwa Agama�, menulis : �Masalah pokok yang sangat menonjol dewasa ini, adalah kaburnya nilai-nilai di mata generasi muda. Mereka dihadapkan kepada berbagai kontradiksi dan aneka ragam pengalaman moral, yang menyebabkan mereka bingung untuk memilih mana yang baik untuk mereka. hal ini nampak jelas pada mereka yang sedang berada pada usia remaja, terutama pada mereka yang hidup di kota-kota besar Indonesia, yang mencoba mengembangkan diri ke arah kehidupan yang disangka maju dan modern, di mana berkecamuk aneka ragam kebudayaan asing yang masuk seolah-olah tanpa saringan.
Sikap orang dewasa yang mengejar kemajuan lahiriyah tanpa mengindahkan nilai-nilai moral yang bersumber kepada agama yang dianutnya, menyebabkan generasi muda kebingungan bergaul karena apa yang dipelajarinya di sekolah bertentangan dengan apa yang dialaminya dalam masyarakat, bahkan mungkin bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri di rumah. Kontradiksi yang terdapat dalam kehidupan generasi muda itu, menghambat pembinaan moralnya. Karena pembinaan moral itu terjalin dalam pembinaan pribadinya. Apabila faktor-faktor dan unsur-unsur yang membina itu bertentangan antara satu sama lain, maka akan goncanglah jiwa yang dibina terutama mereka yang sedang mengalami pertumbuhan dan perubahan cepat, yaitu pada usia remaja.
Kegoncangan jiwa, akibat kehilangan pegangan itu telah menimbulkan berbagai ekses, misalnya kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika, dan sebagainya. Dalam pengalaman kami menghadapi remaja yang oleh orang tua dan gurunya dianggap nakal (memang kelakuannya nakal, misalnya tidak mau belajar, menentang orang tua, mengganggu keamanan, merusak, dan sebagainya) dan mereka yang telah menjadi korban dari penyalahgunaan narkotika, terasa sekali bahwa yang terjadi sebenarnya adalah kegoncangan jiwa akibat tidak adanya pegangan dalam hidupnya. Nilai-nilai moral yang akan diambilnya menjadi pegangan, terasa kabur, terutama mereka yanghidup di kota besar dari keluarga yang kurang mengindahkan ajaran agama dan tidak memperhatikan pendidikan agama bagi anakanaknya. Seandainya keadaan ini dibiarkan berjalan dan berkembang , maka pembangunan bangsa kita akan terganggu, bahkan mungkin akan gagal. Karena tujuan pembangunan kita adalah untuk mencapai kesejahteraan hidup yang seimbang antara kemakmuran lahiriyah dan kebahagiaan batin, atau dengan kata lain, sifat pembangunan negara kita adalah pembangunan yang seimbang antara jasmani dan rohani, antara materiil dan spirituil, antara kehidupan dunia dan akhirat.
Secara nasional bahayanya adalah menghambat tercapainya tujuan pembangunan dan secara pribadi atau masing-masing anggota masyarakat, mereka akan kehilangan kebahagiaan. Coba bayangkan, bagaimana perasaan orang tua, ketika melihat anaknya malas belajar, suka melawan, menentang dan nakal atau terganggu jiwa, tidakkah mereka akan sedih? Di samping itu remaja sendiri merasa hari depannya kabur, yang biasa mereka sebut dengan masa depan yang suram, karena mereka tahu bahwa apa yang yang terjadi pada diri mereka itu adalah yang merugikan, tapi mereka tidak mampu mencari jalan keluarnya, lalu mereka mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan itu dengan mencari obat penenang yaitu mencari narkotika atau kelakuan nakal�.
Berikut ini merupakan kutipan dari buku berjudul Mengenal penyalahgunaan narkoba yang diterbitkan oleh BNN (2007) : Mendekatkan diri pada agama adalah tindakan awal yang paling penting untuk dilakukan. Sebab semua agama melarang umatnya memakai narkoba. Orang yang pakai narkoba berarti orang yang anti Tuhan. Maka untuk keluar darinya harus kembali pula pada ajaran agama. Orang yang terjerumus dalam pemakaian narkoba pada dasarnya dia telah jauh dari ajaran Tuhan. Maka setan dengan gampang menggoda. Kalau orang yang punya keimanan tebal, niscaya setan akan sulit menggodanya. Karena pergaulan, banyak remaja yang lupa pada ajaran agamanya. Asik bermain hingga malas beribadah, apalagi berteman dengan orang-orang yang juga tidak peduli soal agama. Maka, remaja dengan sifatnya yang gampang terpengaruh, tentu akan mudah terikut kegiatan temannya. Agama adalah filter segala kejahatan. Dengan terus mengingat Tuhan, diri akan semakin bersih.
Dr. Seto Mulyadi Psi, Msi, Ketua Komnas Perlindungan Anak, mengatakan : Dalam undang-undang RI No. 23/2002 tentang perlindungan anak dinyatakan dengan tegas bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Salah satu hak dasar anak adalah hak untuk memperoleh perlindungan, yang diantaranya adalah perlindungan dari berbagai pengaruh buruk narkoba yang akibatnya akan merusak tumbuh kembang putra-putri terbaik bangsa sejak masih anak-anak dan remaja. � tambahan dari penyusun
12. Dr. A. Supratiknya menulis dalam bukunya yang berjudul �Mengenal Perilaku Abnormal� : �yang dimaksud dengan hubungan orang tua � Anak yang patogenik adalah hubungan tidak serasi, dalam hal ini antara orang tua dan anak, yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak. Menurut Coleman, Butcher dan Carson (1980), ada tujuh macam pola hubungan orang tua � anak yang patogenik :
1.
Penolakan. Bentuk-bentuknya antara lain : menelantarkan secara fisik, tidak menunjukkan cinta dan kasih sayang, tak menunjukkan perhatian pada minat dan prestasi anak, menghukum secara kejam dan sewenang-wenang, tak meluangkan waktu bersama anak, tak menghargai hak dan perasaan anak; memperlakukan atau menyiksa anak secara kejam.
2.
Overproteksi dan sikap serba mengekang. Bentuknya antara lain mengawasi anak secara berlebihan, melindunginya dari segala risiko, menyediakan berbagai kemudahan hidup secara berlebihan, mengambilkan segala keputusan bagi anak, menerapkan aturan-aturan yang ketat, sehingga membatasi otonomi dan kebebasan anak.
3.
Menuntut secara tidak realistik. Memaksa anak agar memenuhi standar yang sangat tinggi dalam segala hal, sehingga menimbulkan rasa tak mampu anak.
4.
Bersikap terlalu lunak pada anak (over-permissive) dan memanjakan. Perlakuan ini dapat menjadikan anak egois, serba menuntut, dan sebagainya.
5.
Disiplin yang salah. Artinya, penanaman disiplin yang terlalu keras atau terlalu longgar oleh orang tua. Sesungguhnya, yang penting adalah memberikan rambu-rambu dan bimbingan sehingga anak tahu apa yang dianggap baik atau buruk serta apa yang diharapkan atau tidak diharapkan darinya.
6.
Komunikasi yang kurang atau komunikasi yang irasional. Mungkin orang tua terlalu sibuk sehingga kurang menyediakan kesempatan untuk berkomunikasi dengan anak. Atau tersedia cukup kesempatan untuk berkomunikasi, namun pesan-pesan saling disalahtafsirkan karena disampaikan secara tidak jelas, dengan cara pesan verbal dan pesan nonverbal saling bertentangan, atau dari pihak orang tua dengan cara melecehkan pendapat anak. Situasi komunikasi di mana terjadi ketidakcocokan antara kata dan perbuatan dalam menyampaikan suatu pesan oleh Bateson (1960) disebut �double bind� atau pesan ganda.
7.
Teladan buruk dari pihak orang tua. Orang tua memberikan teladan yang tidak baik kepada anak, misalnya ayah pemabuk, berperangai buruk, pemarah dan kalau marah suka mengeluarkan kata-kata kotor, bersifat kejam dan senang memukul istri (�wife batterer�) maupun anak; sedangkan ibu kurang setia menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga, senang keluar rumah, dansebagainya. Semua itu dapat menjadi persemaian bagus untuk melahirkan anak-anak yang bermasalah. � tambahan dari Penyusun.
13 Johanes Lim, Ph.D, Menulis dalam NO PAIN NO GAIN �Metode sukses pribadi dalam studi, karier dan bisnis� : �Seleksilah teman pergaulan Anda dengan saksama. Jangan bergaul dengan orang yang tidak punya tujuan hidup yang jelas, karena cenderung malas, hurahura, dan pembolos. Lebih baik Anda tidak mempunyai teman daripada mempunyai teman yang buruk, malas, bodoh, apalagi jahat. Jika ada teman Anda yang membujuk, atau �memanas-manasi� agar Anda turut melakukan perbuatan tercela (dan merugikan), misalnya dengan berkata, �Ayo cobalah merokok dan minum alkohol supaya kamu nampak dewasa, elit, kosmo, dan tidak kampungan!� janganlah Anda turuti! Bahkan sekalipun mereka mengata-ngatai Anda dengan ucapan pedas, seperti �Masak merokok dan minum saja tidak berani? Apakah kamu Banci?! Jangan Anda gubris olok-olok mereka, dan segera menjauhlah dari teman-teman seperti itu, karena berbahaya!
Pertama, jika Anda menuruti tantangan mereka untuk merokok dan minum alkohol, maka tahap selanjutnya mereka akan menantang Anda lagi untuk mengganja, lalu minum pil koplo. Kemudian mungkin mereka akan menjerumuskan Anda menjadi pecandu heroin. Dan jika Anda tidak punya uang untuk membiayai rasa ketagihan Anda, maka Anda akan menjadi kriminal, apakah mencuri, merampok atau menjadi pengedar obat terlarang! Kedua, reputasi, prestasi, dan masa depan Anda akan hancur berantakan! Pada waktu itu, menyesal pun sudah percuma, karena ibaratnya, nasi sudah menjadi bubur! Ketiga, biasanya teman-teman yang membujuk untuk melakukan perilaku yang buruk seperti itu adalah orang-orang yang berperilaku negatif, rendah diri, bodoh, malas, degil, dan jahat, jauhilah mereka! mereka iri terhadap prestasi dan reputasi Anda. Dan karena mereka tidak bisa mendapatkannya, mereka pun tidak ingin Anda memilikinya, dan berupaya menghancurkan masa depan Anda, sama seperti masa depan mereka yang telah hancur! Saya tegaskan, hindari pergaulan yang buruk!� � tambahan dari Penyusun.
14. Dalam bukunya yang berjudul �Mengenal Perilaku abnormal�, Dr. A. Sutiknya, menulis : Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung di antara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat, dan selanjutnya berpengaruh terhadap munculnya gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada setidaknya empat macam struktur keluarga yang dapat melahirkan gangguan pada para anggotanya :
1.
Keluarga tidak becus, yakni keluarga yang tidak mampu mengatasi problem sehari-hari dalam kehidupan keluarga karena berbagai macam sebab : tidak memiliki cukup sumber atau karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya.
2.
Keluarga yang antisosial. Yakni keluarga yang menganut nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat luas. Misalnya, orang tua memiliki kebiasaan berperilaku yang sesungguhnya melanggar hukum, seperti mencuri aliran listrik dengan cara menggantol, suka meminjam uang atau barang kepada orang lain dan tidak mengembalikan, suka mengambil barang-barang yang merupakan fasilitas umum, dan sebagainya.
3.
Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah. Dalam keluarga yang tidak akur, ayah dan ibu cekcok melulu. Dalam keluarga yang bermasalah, salah satu dari kedua orang tua atau anggota keluarga lainnya berperilaku abnormal. Misal, ayah atau ibu atau salah seorang anak menderita gangguan mental tertentu.
4.
Keluarga yang tidak utuh, yakni keluarga di mana ayah atau ibu tidak ada di rumah, entah karena sudah meninggal atau karena sebab lain, seperti perceraian, ayah memiliki dua istri, ayah bertugas di kota lain, dan sebagainya. �tambahan dari penyusun
SUMBER:
http://islamic.xtgem.com/ibnuisafiles/list/nov08/islam_therapy/0005.htm
Agama mengajarkan pola hidup sehat, memberikan solusi untuk seluruh masalah, menganjurkan untuk menjaga diri sendiri dan lingkungan hidup yang jika dipahami, dikhayati, dan diamalkan secara sempurna, akan menuntun seseorang menuju hidup bebas Narkoba11.
2. Memiliki keyakinan Adiktif
Keyakinan adalah hal-hal yang diyakini seseorang dan dianggap benar, mengenai diri sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya, yang mempengaruhi perasaan dan perilakunya sehari-hari. Keyakinan Adiktif adalah keyakinan yang menjadikan orang itu rentan terhadap kecanduan Narkoba. Misalnya :
*
Saya harus sempurna dan tampil sempurna
*
Saya harus menguasai dan mengendalikan orang lain
*
Saya harus memperoleh apa yang saya inginkan
*
Hidup harus bebas dari rasa sakit atau penderitaan
*
Saya ingin segalanya terjadi sesuai keinginan saya
*
Semua orang harus peduli dan mengerti terhadap saya
*
Saya ingin hidup ini bebas aturan
Dalam kenyataan, hal itu tidak mungkin tercapai. Oleh karena itu orang tersebut lalu mengembangkan keyakinan lain seperti :
*
Saya tidak pernah cukup puas (saya tidak berharga)
*
Saya tidak mampu mempengaruhi lingkungan saya
*
Narkoba atau sesuatu lainnya di luar saya memberi saya kekuatan yang saya inginkan
*
Takut mengakui perasaannya
*
Citra diri dan penampilan adalah segalanya
3. Kepribadian Adiktif
Kepribadian Adiktif adalah jati diri seseorang, yaitu pikiran, perasaan dan kemauan yang ditampilkan dalam perilakunya sehari-hari. Kepribadian yang menunjukkan bahwa orang itu rentan terhadap kecanduan Narkoba.
Ciri kepribadian Adiktif, antara lain :
Pola pikir Adiktif
Perasaan Adiktif
Perilaku Adiktif
*
Selalu mencari persetujuan dan perhatian orang lain
*
Tidak mampu mengambil keputusan sendiri
*
Tidak mampu mengendalikan emosi
*
Kebutuhan akan ketergantungan pada sesuatu
*
Banyak berkhayal
*
Selalu mencari persetujuan dan perhatian orang lain
*
Tidak mampu mengambil keputusan sendiri
*
Tidak mampu mengendalikan emosi
*
Kebutuhan akan ketergantungan pada sesuatu
*
Banyak berkhayal
*
Kurang memiliki jati diri
*
Kesulitan berhubungan dengan figure / orang / tokoh yang berkuasa atau berwenang
*
Cenderung menyalahkan orang lain
*
Kurang mampu mengatasi suatu masalah
*
Kebutuhan akan pemuasan yang bersifat segera
4. Ketidakmampuan menghadapi masalah :
Orang yang tidak berlatih menghadapi masalah dan menyelesaikannya dengan baik dan benar cenderung mudah mengalami kebingungan dan frustasi. Ia lebih suka mencari penyelesaian yang bersifat seketika dan langsung memuaskannya.
5. Tak terpenuhinya kebutuhan Emosional, Sosial, & Spiritual :
Setiap orang membutuhkan perasan diterima oleh lingkungan terdekat terutama keluarga12, di sekolah dan diantara teman-temannya, rasa aman, rasa dihargai, dan dicintai.
6. Kurangnya dukungan Sosial :
Dukungan sosial sangat dibutuhkan seseorang dalam menghadapi masalah, terutama dukungan dari keluarga, teman sebaya dan masyarakat.
7. Tidak dapat menghadapi kenyataan :
Orang harus berlatih untuk dapat menerima kenyataan akan dirinya sendiri, baik kelebihan maupun kekurangannya. Juga harus belajar menerima kenyataan lingkungan sekitarnya dan tidak selalu mencari kambing hitam untuk dipersalahkan sebagai penyebab kegagalannya. Orang harus mengambil tanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
Lebih lanjut, di bawah ini akan ditulis beberapa ciri-ciri kepribadian – terutama pada remaja – yang rentan terhadap penyalahgunaan Narkoba.
1.
Perasaan rendah diri (inferiority complex)
2.
Mudah kecewa.
3.
Cenderung agresif dan destruktif.
4.
Tidak mampu bersabar.
5.
Suka akan sensasi.
6.
Mengidap perasaan tertekan, murung, dan tidak mampu menjalankan fungsi sosial.
7.
Cepat bosan.
8.
Menderita gangguan psikoseksual, gagal mengembangkan identifikasi seksual yang tepat. Pemalu, takut mendekati dan didekati oleh lawan jenis.
9.
Menderita keterbelakangan mental.
10.
Kurang mempunyai motivasi untuk berprestasi.
11.
Prestasi belajar cenderung menurun dan selalu rendah.
12.
Kurang / tidak melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler.
13.
Cenderung mengidap gangguan jiwa : kecemasan, obsesi, apatis, depresi, menarik diri dari pergaulan, tidak mampu mengatasi stres, atau hiperaktif.
14.
Cenderung tidak mematuhi peraturan.
15.
Cenderung berperilaku menyimpang : melakukan hubungan seksual di luar nikah, membolos, agresif, anti sosial, mencuri, berbohong, berbuat kenakalan pada usia sangat dini.
16.
Tidak senang berolahraga.
17.
Cenderung makan berlebihan.
18.
Mempunyai persepsi bahwa keluarganya tidak menyayanginya / tidak harmonis.
19.
Mempunyai kebiasaan merokok sejak usia dini.
20.
Suka bergaul dengan orang-orang yang menjadi pemabuk, penyalahguna Narkoba, atau pengedar Narkoba.13
21.
Suka berkunjung ke tempat hiburan.
22.
Berasal dari dan berada dalam lingkungan keluarga yang kurang religius14.
note
11. Prof. DR. Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul �ilmu jiwa Agama�, menulis : �Masalah pokok yang sangat menonjol dewasa ini, adalah kaburnya nilai-nilai di mata generasi muda. Mereka dihadapkan kepada berbagai kontradiksi dan aneka ragam pengalaman moral, yang menyebabkan mereka bingung untuk memilih mana yang baik untuk mereka. hal ini nampak jelas pada mereka yang sedang berada pada usia remaja, terutama pada mereka yang hidup di kota-kota besar Indonesia, yang mencoba mengembangkan diri ke arah kehidupan yang disangka maju dan modern, di mana berkecamuk aneka ragam kebudayaan asing yang masuk seolah-olah tanpa saringan.
Sikap orang dewasa yang mengejar kemajuan lahiriyah tanpa mengindahkan nilai-nilai moral yang bersumber kepada agama yang dianutnya, menyebabkan generasi muda kebingungan bergaul karena apa yang dipelajarinya di sekolah bertentangan dengan apa yang dialaminya dalam masyarakat, bahkan mungkin bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri di rumah. Kontradiksi yang terdapat dalam kehidupan generasi muda itu, menghambat pembinaan moralnya. Karena pembinaan moral itu terjalin dalam pembinaan pribadinya. Apabila faktor-faktor dan unsur-unsur yang membina itu bertentangan antara satu sama lain, maka akan goncanglah jiwa yang dibina terutama mereka yang sedang mengalami pertumbuhan dan perubahan cepat, yaitu pada usia remaja.
Kegoncangan jiwa, akibat kehilangan pegangan itu telah menimbulkan berbagai ekses, misalnya kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika, dan sebagainya. Dalam pengalaman kami menghadapi remaja yang oleh orang tua dan gurunya dianggap nakal (memang kelakuannya nakal, misalnya tidak mau belajar, menentang orang tua, mengganggu keamanan, merusak, dan sebagainya) dan mereka yang telah menjadi korban dari penyalahgunaan narkotika, terasa sekali bahwa yang terjadi sebenarnya adalah kegoncangan jiwa akibat tidak adanya pegangan dalam hidupnya. Nilai-nilai moral yang akan diambilnya menjadi pegangan, terasa kabur, terutama mereka yanghidup di kota besar dari keluarga yang kurang mengindahkan ajaran agama dan tidak memperhatikan pendidikan agama bagi anakanaknya. Seandainya keadaan ini dibiarkan berjalan dan berkembang , maka pembangunan bangsa kita akan terganggu, bahkan mungkin akan gagal. Karena tujuan pembangunan kita adalah untuk mencapai kesejahteraan hidup yang seimbang antara kemakmuran lahiriyah dan kebahagiaan batin, atau dengan kata lain, sifat pembangunan negara kita adalah pembangunan yang seimbang antara jasmani dan rohani, antara materiil dan spirituil, antara kehidupan dunia dan akhirat.
Secara nasional bahayanya adalah menghambat tercapainya tujuan pembangunan dan secara pribadi atau masing-masing anggota masyarakat, mereka akan kehilangan kebahagiaan. Coba bayangkan, bagaimana perasaan orang tua, ketika melihat anaknya malas belajar, suka melawan, menentang dan nakal atau terganggu jiwa, tidakkah mereka akan sedih? Di samping itu remaja sendiri merasa hari depannya kabur, yang biasa mereka sebut dengan masa depan yang suram, karena mereka tahu bahwa apa yang yang terjadi pada diri mereka itu adalah yang merugikan, tapi mereka tidak mampu mencari jalan keluarnya, lalu mereka mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan itu dengan mencari obat penenang yaitu mencari narkotika atau kelakuan nakal�.
Berikut ini merupakan kutipan dari buku berjudul Mengenal penyalahgunaan narkoba yang diterbitkan oleh BNN (2007) : Mendekatkan diri pada agama adalah tindakan awal yang paling penting untuk dilakukan. Sebab semua agama melarang umatnya memakai narkoba. Orang yang pakai narkoba berarti orang yang anti Tuhan. Maka untuk keluar darinya harus kembali pula pada ajaran agama. Orang yang terjerumus dalam pemakaian narkoba pada dasarnya dia telah jauh dari ajaran Tuhan. Maka setan dengan gampang menggoda. Kalau orang yang punya keimanan tebal, niscaya setan akan sulit menggodanya. Karena pergaulan, banyak remaja yang lupa pada ajaran agamanya. Asik bermain hingga malas beribadah, apalagi berteman dengan orang-orang yang juga tidak peduli soal agama. Maka, remaja dengan sifatnya yang gampang terpengaruh, tentu akan mudah terikut kegiatan temannya. Agama adalah filter segala kejahatan. Dengan terus mengingat Tuhan, diri akan semakin bersih.
Dr. Seto Mulyadi Psi, Msi, Ketua Komnas Perlindungan Anak, mengatakan : Dalam undang-undang RI No. 23/2002 tentang perlindungan anak dinyatakan dengan tegas bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Salah satu hak dasar anak adalah hak untuk memperoleh perlindungan, yang diantaranya adalah perlindungan dari berbagai pengaruh buruk narkoba yang akibatnya akan merusak tumbuh kembang putra-putri terbaik bangsa sejak masih anak-anak dan remaja. � tambahan dari penyusun
12. Dr. A. Supratiknya menulis dalam bukunya yang berjudul �Mengenal Perilaku Abnormal� : �yang dimaksud dengan hubungan orang tua � Anak yang patogenik adalah hubungan tidak serasi, dalam hal ini antara orang tua dan anak, yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak. Menurut Coleman, Butcher dan Carson (1980), ada tujuh macam pola hubungan orang tua � anak yang patogenik :
1.
Penolakan. Bentuk-bentuknya antara lain : menelantarkan secara fisik, tidak menunjukkan cinta dan kasih sayang, tak menunjukkan perhatian pada minat dan prestasi anak, menghukum secara kejam dan sewenang-wenang, tak meluangkan waktu bersama anak, tak menghargai hak dan perasaan anak; memperlakukan atau menyiksa anak secara kejam.
2.
Overproteksi dan sikap serba mengekang. Bentuknya antara lain mengawasi anak secara berlebihan, melindunginya dari segala risiko, menyediakan berbagai kemudahan hidup secara berlebihan, mengambilkan segala keputusan bagi anak, menerapkan aturan-aturan yang ketat, sehingga membatasi otonomi dan kebebasan anak.
3.
Menuntut secara tidak realistik. Memaksa anak agar memenuhi standar yang sangat tinggi dalam segala hal, sehingga menimbulkan rasa tak mampu anak.
4.
Bersikap terlalu lunak pada anak (over-permissive) dan memanjakan. Perlakuan ini dapat menjadikan anak egois, serba menuntut, dan sebagainya.
5.
Disiplin yang salah. Artinya, penanaman disiplin yang terlalu keras atau terlalu longgar oleh orang tua. Sesungguhnya, yang penting adalah memberikan rambu-rambu dan bimbingan sehingga anak tahu apa yang dianggap baik atau buruk serta apa yang diharapkan atau tidak diharapkan darinya.
6.
Komunikasi yang kurang atau komunikasi yang irasional. Mungkin orang tua terlalu sibuk sehingga kurang menyediakan kesempatan untuk berkomunikasi dengan anak. Atau tersedia cukup kesempatan untuk berkomunikasi, namun pesan-pesan saling disalahtafsirkan karena disampaikan secara tidak jelas, dengan cara pesan verbal dan pesan nonverbal saling bertentangan, atau dari pihak orang tua dengan cara melecehkan pendapat anak. Situasi komunikasi di mana terjadi ketidakcocokan antara kata dan perbuatan dalam menyampaikan suatu pesan oleh Bateson (1960) disebut �double bind� atau pesan ganda.
7.
Teladan buruk dari pihak orang tua. Orang tua memberikan teladan yang tidak baik kepada anak, misalnya ayah pemabuk, berperangai buruk, pemarah dan kalau marah suka mengeluarkan kata-kata kotor, bersifat kejam dan senang memukul istri (�wife batterer�) maupun anak; sedangkan ibu kurang setia menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga, senang keluar rumah, dansebagainya. Semua itu dapat menjadi persemaian bagus untuk melahirkan anak-anak yang bermasalah. � tambahan dari Penyusun.
13 Johanes Lim, Ph.D, Menulis dalam NO PAIN NO GAIN �Metode sukses pribadi dalam studi, karier dan bisnis� : �Seleksilah teman pergaulan Anda dengan saksama. Jangan bergaul dengan orang yang tidak punya tujuan hidup yang jelas, karena cenderung malas, hurahura, dan pembolos. Lebih baik Anda tidak mempunyai teman daripada mempunyai teman yang buruk, malas, bodoh, apalagi jahat. Jika ada teman Anda yang membujuk, atau �memanas-manasi� agar Anda turut melakukan perbuatan tercela (dan merugikan), misalnya dengan berkata, �Ayo cobalah merokok dan minum alkohol supaya kamu nampak dewasa, elit, kosmo, dan tidak kampungan!� janganlah Anda turuti! Bahkan sekalipun mereka mengata-ngatai Anda dengan ucapan pedas, seperti �Masak merokok dan minum saja tidak berani? Apakah kamu Banci?! Jangan Anda gubris olok-olok mereka, dan segera menjauhlah dari teman-teman seperti itu, karena berbahaya!
Pertama, jika Anda menuruti tantangan mereka untuk merokok dan minum alkohol, maka tahap selanjutnya mereka akan menantang Anda lagi untuk mengganja, lalu minum pil koplo. Kemudian mungkin mereka akan menjerumuskan Anda menjadi pecandu heroin. Dan jika Anda tidak punya uang untuk membiayai rasa ketagihan Anda, maka Anda akan menjadi kriminal, apakah mencuri, merampok atau menjadi pengedar obat terlarang! Kedua, reputasi, prestasi, dan masa depan Anda akan hancur berantakan! Pada waktu itu, menyesal pun sudah percuma, karena ibaratnya, nasi sudah menjadi bubur! Ketiga, biasanya teman-teman yang membujuk untuk melakukan perilaku yang buruk seperti itu adalah orang-orang yang berperilaku negatif, rendah diri, bodoh, malas, degil, dan jahat, jauhilah mereka! mereka iri terhadap prestasi dan reputasi Anda. Dan karena mereka tidak bisa mendapatkannya, mereka pun tidak ingin Anda memilikinya, dan berupaya menghancurkan masa depan Anda, sama seperti masa depan mereka yang telah hancur! Saya tegaskan, hindari pergaulan yang buruk!� � tambahan dari Penyusun.
14. Dalam bukunya yang berjudul �Mengenal Perilaku abnormal�, Dr. A. Sutiknya, menulis : Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung di antara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat, dan selanjutnya berpengaruh terhadap munculnya gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada setidaknya empat macam struktur keluarga yang dapat melahirkan gangguan pada para anggotanya :
1.
Keluarga tidak becus, yakni keluarga yang tidak mampu mengatasi problem sehari-hari dalam kehidupan keluarga karena berbagai macam sebab : tidak memiliki cukup sumber atau karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya.
2.
Keluarga yang antisosial. Yakni keluarga yang menganut nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat luas. Misalnya, orang tua memiliki kebiasaan berperilaku yang sesungguhnya melanggar hukum, seperti mencuri aliran listrik dengan cara menggantol, suka meminjam uang atau barang kepada orang lain dan tidak mengembalikan, suka mengambil barang-barang yang merupakan fasilitas umum, dan sebagainya.
3.
Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah. Dalam keluarga yang tidak akur, ayah dan ibu cekcok melulu. Dalam keluarga yang bermasalah, salah satu dari kedua orang tua atau anggota keluarga lainnya berperilaku abnormal. Misal, ayah atau ibu atau salah seorang anak menderita gangguan mental tertentu.
4.
Keluarga yang tidak utuh, yakni keluarga di mana ayah atau ibu tidak ada di rumah, entah karena sudah meninggal atau karena sebab lain, seperti perceraian, ayah memiliki dua istri, ayah bertugas di kota lain, dan sebagainya. �tambahan dari penyusun
SUMBER:
http://islamic.xtgem.com/ibnuisafiles/list/nov08/islam_therapy/0005.htm
0 komentar:
Post a Comment